Coronavirus 2019 (COVID-19) telah menimbulkan ke khawatiran di seluruh dunia. Berasal dari virus SARS-CoV-2, COVID-19 membuat pengidapnya mengalami sindrom pernapasan akut. Morbiditas dan mortalitas akibat virus ini meningkat secara drastis dan telah merenggut nyawa jutaan orang di dunia.
COVID-19 di Indonesia
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menular dari hewan (misalnya kelelawar dan kucing) ke manusia. Sama halnya dengan Middle East respiratory syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), penyakit ini menular dengan cepat dan menjadi pandemik.
Pada 21 September 2021, terhitung lebih dari 4,1 juta kasus dan 140 ribu kematian akibat infeksi coronavirus di Indonesia. Gambaran klinis pasien COVID-19 dimulai dengan keluhan ringan seperti sakit tenggorokan dan sakit kepala, hingga keluhan berat seperti kegagalan pernafasan hipoksemia akut dan perlu dirawat di unit perawatan intensif. Social distancing dan beberapa tindakan pencegahan sudah dilakukan agar mengurangi penularan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penderita COVID-19 memiliki resiko tinggi terhadap kematian. Kondisi fisik, imunitas dan genetik menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam masa pemulihan. Lalu, bagaimana pengaruh genetik terhadap virus COVID-19?
Faktor Genetik Terhadap Virus COVID-19
Kondisi kritis COVID-19 sebagian disebabkan oleh cedera inflamasi yang memengaruhi paru-paru dan pembuluh darah paru. Ada dua komponen biologis yang berbeda, yang pertama adalah kerentanan terhadap infeksi virus dan kecenderungan untuk mengembangkan penyakit paru yang berbahaya. Sedangkan yang kedua adalah peradangan, kerentanan terhadap infeksi yang mengancam jiwa dan penyakit keturunan yang diwariskan.
Pada kasus ini, dilakukan pengamatan lebih lanjut bagaimana setiap individu dapat pulih dengan kondisi genetik yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai penyakit keturunan (seperti kanker, kardiovaskular dan diabetes) harus melewati waktu yang panjang untuk masa pemulihan.
Mutasi COVID-19
Terjadi di beberapa negara tertentu, COVID-19 mengalami mutasi yang mempunyai dampak sangat buruk. Saat ini terdapat 3 mutasi yang tersebar di beberapa negara, yaitu varian Alpha, varian Beta dan varian Delta. Berikut penjelasan lebih lanjutnya mengenai mutasi virus COVID-19:
- Varian Alpha: Pada awalnya varian ini muncul di Inggris dan berpotensi menularkan lebih cepat daripada virus pertama yang muncul di Wuhan.
- Varian Beta: Muncul pertama kali di Afrika Selatan dan sudah menyebar luas hingga ke 80 negara lainnya. Virus ini dapat menghindari sistem kekebalan tubuh atau imunitas.
- Varian Delta: Pertama kali muncul di India, mutasi ini melakukan penularan yang lumayan cepat dan menghindari respon imun tubuh.
Masa Depan Tes DNA Terhadap COVID-19
Tes DNA adalah istilah kesehatan untuk serangkaian tes pada sampel kromosom, gen, dan protein untuk mengetahui perubahan dan kelainan dari komposisi gen seseorang. Tes DNA sudah dikembangkan semenjak awal tahun 1970-an sampai saat ini. Selain untuk mengetahui garis keturunan, Tes DNA atau Tes Genetik juga mempunyai banyak manfaat lainnya.
Asa Ren menghadirkan Tes DNA Genotyping sebagai solusi gaya hidup yang lebih tepat untuk Anda. Hasil tes DNA dapat mengkonfirmasi kondisi genetik yang dicurigai dan membantu menentukan potensi seseorang untuk dikembangkan. Asa Ren juga dilengkapi dengan laporan dan informasi menarik mengenai kemampuan-kemampuan yang Anda miliki.
Tes DNA dapat melihat apa saja resiko penyakit keturunan yang tidak terlihat gejala sebelumnya, seringkali hal ini terjadi dan penderita penyakit langsung mengalami perburukan kesehatan dikarenakan tidak ada tindak pencegahan atau pengobatan sebelumnya. Lalu, Tes DNA juga dapat mengenali potensi-potensi terpendam Anda yang bisa dikembangkan dengan beberapa rekomendasi yang diberikan oleh ASA RÉN.
Source:
https://link.springer.com/article/10.1186/s12916-020-01673-z
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/eci.13259
https://www.nature.com/articles/s41586-020-03065-y